[symple_spacing size=”40″]
[symple_spacing size=”40″] [symple_column size=”one-half” position=”first” fade_in=”false”]Dari Presiden sampai bintang film papan atas, rockstar sampai seniman legendaris, perancang busana sampai para model, tidak ada satupun generasi yang tidak ingin memiliki kacamata hitam ikonik ini.
BAUSCH & LOMB
Kacamata Ray-Ban pertama kali dibuat pada tahun 1936 setelah Letnan John A. Macready, seorang pilot Amerika yang mengeluh karena matanya cedera permanen akibat paparan sinar matahari langsung. Ia lalu meminta Bausch & Lomb untuk menciptakan kacamata hitam yang bisa memproteksi penglihatan para pilot namun – tentu saja – dengan desain yang mutakhir.
[/symple_column] [symple_column size=”one-half” position=”last” fade_in=”false”]RAY-BAN’S AVIATOR
Seiring dengan hak paten yang dikeluarkan oleh Bausch & Lomb pada tanggal 7 Mei 1937, mereka juga memproduksi secara masal kacamata hitam dengan lensa yang dikenal dengan istilah “Aviator Glasses” kacamata dengan frame “anti-glare” yang terbuat dari logam berlapis emas yang ekstra-ringan – dengan berat yang diperkirakan sekitar 150 gram, dan memiliki dua lensa hijau yang bisa menyaring sinar UV dan infra merah.
[/symple_column]RAY-BAN’S WAYFARER

Pertama kali di desain oleh seorang optical designer bernama Raymond Stegeman di tahun 1952, Rayban’s Warfarer mengusung bentuk baru yang benar-benar dinilai radikal. Kritikus desain Stephen Bayley mengatakannya sebagai “distinctive trapezoidal frame spoke a non-verbal language that hinted at unstable dangerousness, but one nicely tempered by the sturdy arms which, according to the advertising, gave the frames a ‘masculine look.” Tidak bisa dipungkiri, setelah meledaknya Ray-Ban di kalangan selebriti Amerika saat itu, Ray-ban’s Wayfarer terkenal memiliki ‘bold statement’ atau ‘pernyataan yang kuat’ melalui frame plastik tebalnya itu.
[symple_column size=”one-half” position=”first” fade_in=”false”]POPULARITY
Melalui popularitas yang didapatkan dari sederetan selebriti ternama seperti Marylin Monroe, James Dean, Andy Warhol, Bob Dylan, The Beatles, dan J.F.Kennedy, Ray-Ban’s wayfarer menjadi sebuah ikon paling digandrungi oleh muda-mudi yang ingin tampil keren di tahun 1960-an.
Memasuki tahun 70-an, Ray-Ban mencoba mengikuti trend fashion yang sedang naik di kala itu dengan memproduksi sunglasses yang terinspirasi dari disco. Namun sayang bagi Ray-Ban, disco ternyata bukan lini yang baik bagi produknya. Di saat itu juga, brand seperti Yves Saint Laurent dan Dior yang baru memasuki pasar eyewear berhasil menggeser popularitasnya. Puncaknya, di tahun 1981 penjualan Ray-Ban menurun hingga hanya 18.000 pasang saja.
[/symple_column] [symple_column size=”one-half” position=”last” fade_in=”false”]RESURRECTION
Setelah mengalami masa pahit selama hampir 10 tahun, Ray-Ban bangkit dari keterpurukan dengan mengambil satu langkah besar. Di tahun 1982 Ray-Ban menandatangani kontrak sebesar US$ 50.000 per tahun untuk menampilkan produk-produk Ray-Ban di film-film dan beberapa TV shows. Selama 5 tahun berjalan, Ray-Ban telah memperkenalkan produknya di lebih 60 film layar lebar dan juga acara-acara televisi di Amerika Serikat.
Di tahun berikutnya, penjualan Ray-Ban meningkat pesat berkat Tom Cruise yang mengenakan Ray-Ban’s Classic Wayfarer dalam film box office “Risky Business”. 360.000 pasang wayfarer berhasil dijual hanya dalam kurun waktu kurang dari setahun. Di akhir tahun 1986, tercatat telah lebih dari 1,5 juta pasang sunglasses Ray-Ban yang terjual, berkat sederetan selebriti ternama seperti Madonna, Michael Jackson, Morrissey, U2, dan the Ramones yang sedang gemar menggunakan sunglasses Ray-Ban kala itu.
[/symple_column]GRUNGE ERA
[symple_column size=”one-half” position=”first” fade_in=”false”]
[/symple_column] [symple_column size=”one-half” position=”last” fade_in=”false”]
Di tahun 1990, Ray-Ban kembali terpuruk karena tren Grunge dan Oakley-lah yang menguasai pasar. Tidak ingin terjatuh lagi, kali ini Ray-Ban berusaha mencoba untuk menginovasi penataan frame agar tidak dinilai ketinggalan jaman Namun sayang, Ray-Ban tidak bisa menyaingi produk-produk Oakley. Hingga akhir tahun 90-an, tidak ada lagi selebriti yang tercatat mengenakan sunglasses Ray-Ban. Meskipun begitu, penggunaan Ray-Ban di sejumlah film layar lebar dan acara televisi masih tetap berlanjut, seperti yang digunakan Will Smith dan Tommy Lee Jones di film Men in Black (1997). Di tahun 1999, Bausch & Lomb menjual kepemilikan Ray-Ban kepada Luxotticaseharga US$ 640 juta.
[/symple_column]Never pretend. Never be afraid. Never give up. Never Hide
RAY-BAN’S NEVER HIDE
[symple_column size=”one-half” position=”first” fade_in=”false”] [slideshow id=4] [/symple_column] [symple_column size=”one-half” position=”last” fade_in=”false”]Sejalan dengan kebangkitan Ray-Ban, para ikon British Pop Culture seperti Alexa Chung, Allen, dan Agyness Deyn mulai mengangkat kembali kejayaan Ray-Ban di masa lalu. Di tahun 2007, Ray-Ban merilis kampanye bertajuk “Never Hide” yang menyorot ideologi Ray-Ban yaitu “Sunglasses that place you at the centre of attention beyond trends, transcending time and strongly customizing whoever wears them.” Kampanye Never Hide terdiri dari beberapa seri video di Youtube dimana para musisi melakukan live shows dengan menggunakan kacamata Ray-Ban dan juga satu film yang berisi pesan agar para konsumen bisa lebih hidup dengan orisinalitas yang dimiliki.
[symple_spacing size=”60″][/symple_column] [symple_spacing size=”20″]While styles come and go …
Ray-Ban never stays gone for very long.